Kamis, 23 Desember 2010

PERANG DI KANDANG MACAN


Waktu jaman krismon (krisis moneter) di beberapa wilayah negara ini kan banyak tuh penjarahan, peperangan, dan aksi-aksi kriminal lainnya, nah daerah rumah gue juga salah satu rawan peperangan. Perang antar kelompok yang masih dalam satu kawasan, satu RW tapi beda RT. Kalo abis maghrib pasti semua orang udah waspada siap siaga lah pokonya buat perang nanti malam. Semua pintu-pintu, jendela-jendela di tutup rapat. Bapak-bapak dan remaja laki-laki mulai sibuk membentuk kelompok, membagi tugas, mempersiapkan senjata buat perang, sedangkan kaum wanita bertugas dirumah berjaga-jaga menyiapkan P3K dan mengurus anak-anak bocah agar ga keluar rumah sewaktu perang berlangsung. Begitu semua sudah siap seluruh penduduk bersembunyi kecuali bagian pengawasan. Bagian pengawasan tugasnya adalah menyerukan kata-kata “peraaaaaaaaaaang...peraaaaaaaaang..” sambil membunyikan kentongan ke tiang listrik yang ada di depan masjid tongtongtongtongtong..... suara yang cepet dan ga beraturan lari dari sudut-sudut persembunyian menyebar ke seluruh penjuru dan PERANG DIMULAI.
Pas perang berlangsung banyak batu-batu yang dateng dari arah musuh. Glutuk glutuk glutuk ... suara batu yang jatoh dari atap rumah. Kaum adam yang tersisa di dalem kandang (daerah aman) bertugas memberi perlindungan pada ibu-ibu dan bocah-bocah. Akhirnya semua yang ada di lapangan masuk ke dalem rumah masing-masing, ada juga yang berlindung di salah satu rumah tetangga gue yang di jadiin markas besar. Gue juga sempet liat ke dalemnya. Si tetangga keturunan Arab emang gede rumahnya. Gue liat di sisi rumah ada ruang tamu yang lebar dan kayaknya cukup buat solat jama’ah disitu. Dalam ruangan itu banyak ibu-ibu yang lagi ngeracik senjata yang terbuat dari pentol korek api terus di ancurin pake batu-batuan kecil. Semuanya sibuk kerja dan berdoa semoga ga banyak korban hari ini. Terdengar beberapa kali suara senapan DUAR...DUAR.. itu senapan atau bom ya? Pikir gue. Perang terus berlangsung dan gue cuma bisa berdoa supaya abang-abang gue dan tetangga gue yang lainnya selamat. Suasana mencekam dan penuh kekhawatiran dan tiba-tiba “Ali...Ali...Ali...Ali... Si Ali kena dorlop”, teriak si ibu tetangga dari kejauhan. Gue liat nyokap,bibi, sama keluarga gue yang laen langsung ketempat dimana Ali tertembak. Tanpa pikir panjang keluarga gue bawa Ali ke RSCM. Beruntunglah nyawa Ali selamat BUT ada masalah lain yang bakal mengguncang jiwa Ali. Dorlop tadi emang ga melukai tubuhnya tapi mata kanannya, so Ali harus kehilangan satu matanya. Dokter mengganti matanya yang rusak dengan mata orang lain. Meskipun demikian Ali terlihat ga pernah putus asa buat ngelanjutin hidupnya.
Beberapa tahun kemudian perang mulai reda. Ga ada pihak yang kalah ataupun menang. Ya lebih baik damai lah dari pada was-was melulu..
Setelah perang mereda antar kampung, eeeehhh ada sekelompok masa dateng pake kereta sekitar 7 gerbong lah disebut “BONEK” BONEKA NENEK-NENEK. Hahaha... BONEK adalah salah satu nama kelompok dari Bandung. Tuh orang-orang dengan se-enaknya ngacak-ngacak daerah tempat tinggal gue dan berbuat onar. Masyarakat disini otomatis marah dan langsung aja diributin. Perang lagi... perang lagi.. Daerah gue emang udah terkenal dengan kerusuhan. Ini termasuk perang besar-besaran karena terjadi pertumpahan darah, banyak korban jatuh, banyak mayat yang tergeletak di peron-peron stasiun. Saking banyaknya tuh mayat ditumpuk kayak lagi numpuk sampah. Diiiiiiiihh serem abitch. Hasil perang kali ini daerah gue yang jadi THE WINNER.. Korban yang mati itu ya anak-anak bonek tadi. Alhamdulillah abang-abang, tetangge, dan saudare-saudare ga kenape-nape. Banyak wartawan dari beberapa stasiun televisi yang dateng buat ngeliput ni kejadian dan nyiarin secara langsung. Gara-gara ni daerah yang rawan, serem, banyak kriminalitas dan sekaligus pemenang lomba perang... eh bukan lomba tapi emang perang sungguhan cong.. akhirnya daerah tempat tinggal gue disebut “KANDANG MACAN”...   
GRRRRRH..RWAAAARRRRR..khuek huk huk huk.. riak gue keluar. Lagian sih sok gaya dikampung orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar